Kawan aku ingin kau membaca tulisan ini,
Terutama kau, yang telah tertelan tanah
Dan menjadi debu dalam hati ini…
Aku sakit ketika aku melihat kau menangis,
Dan terhenti dalam nafasmu…
Iblismu pun membisikiku…
Katanya cinta sejati… ambil piasu iris nadimu..
Dan kau akan menari indah bersamanya kembali”
Nurani suci tunduk bertasbih
Tak sudi sedikit pun terpercik
Dosa kelam tergantung mendung
Walau tak ada kolom derita di koran
Tak ada galaunya di media massa
Mereka berpeluh dalam langkah
Menangis dalam doa
Akan kubasuh setiap huruf yang tercecer memenuhi lantai masjidil haram
Ketika kita betawaf dan tak ada sentuhan yang bisa lebih dalam
Dari selendang ungu penuh puji-pujian yang kau kalungkan
Bisakah hatiku terbebas dari tali Nirvana itu?
Kalau begitu biarlah ku kucup hajar aswad ..
Agar kau tahu betapa dalam lautan wajahmu di bumiku Alif lam makrifah
Tolong eja untuk ku sebuah kata; renjana
Yang kurasa dalam rongga dada alif lam ta'riif
Bersama amuk raga bagaimana ku tulis syair
Tentang air yang mengalir dari elok rupa derasnya air mata
Bagaimana kutulis do’a tentang mimpi yang bergema
Dari seorang manusia penuhnya luka menganga
Jangan mengeja takdir kalau tak tau bila berakhir
Tuhan,
Kalau ‘derita’ yang tertulis di surah TA HA
Haruskah aku menangis? Kerana musa dgn tongkatnya
Jangan!karena mungkin,Kau hanya salah menulis
AA
14122013
No comments:
Post a Comment