Engkau sang purnama yang cerah.
Yang dinanti para pencinta nan dirundang duka.
Penghangat jiwa beku,kau yang kunanti.
Tengadahkan hadapku langit maha luas.
Sejak terakhir kali ku lihat dirinya.
Tak pernah nampak kelelehan di rona wajahnya.
Senyuman penarik waralaba kamar jiwa.
Disudut matanya aku melihat tetes bening.
Meluncur deras ke pipi yang mulus.
Untuk beranjak memupus lara
Membenamkan sekeping hati ke lembah pilu.
Kurelakan tajdir membunuh rasa dan cinta
Empat puluh purnama menyayangimu
Dinginya malam ku rasakan.
Tak sedingin tubuh ku kaku tak berdaya.
Tetes bening mengintip sudah mulai mengalir.
Tak terasa jari jari ku mengepel erat.
Aku terdiam beku sedingin malam.
Udaranya ku rasa menusuk tulangku ke sumsum terdalam.
Ku tergandahkan wajah ku ke langit.
Memang ada purnama yang bersinar cerah.
Adakah keindahan sunyi sepinya malam tampa purnama.
Adakah menawannya malam nir sinar purnama.
Adakah cerahnya gelap pekat nan kelam nir purnama
Bermandikan cahaya bulan yang berseri-seri
Terciptalah sebuah lukisan yang indah sekali
AA
22022014
No comments:
Post a Comment